Pendahuluan
Desa Kohod di Kabupaten Tangerang kini menjadi pusat perhatian setelah Wakil Ketua Komisi II DPR, Dede Yusuf, mengungkapkan keheranannya tentang gaya hidup Kepala Desa (Kades) Kohod, berinisial A, yang mengemudikan mobil mewah Rubicon. Dalam rapat yang diadakan antara Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan Komisi II DPR di Gedung DPR, Dede mempertanyakan bagaimana seorang Kades bisa memiliki kendaraan mahal tersebut, sedangkan banyak anggota DPR sendiri yang belum tentu mampu membelinya.
Latar Belakang Masalah
Dalam pertemuan tersebut yang berlangsung pada 30 Januari 2025, Dede Yusuf menjelaskan bahwa Desa Kohod memiliki hak guna bangunan (HGB) yang paling banyak terkait dengan pagar laut. “Desa Kohod memiliki 263 bidang HGB di lahan seluas 390 hektar. Di desa lain di Kabupaten Tangerang, tidak ada yang memiliki HGB sebanyak itu,” ujarnya. Ia merasa ada kejanggalan yang perlu dijelaskan, mengingat di desa lain hanya ditemukan sedikit sekali bidang HGB.
Pertanyaan yang Mengemuka
Dede mengeluhkan kurangnya transparansi dalam pengelolaan aset di Desa Kohod. “Kenapa Desa Kohod menjadi lokasi dengan HGB terbanyak? Di wilayah tersebut, sebenarnya tidak ada proyek strategis nasional (PSN) yang sedang berjalan,” lanjutnya. Ini menimbulkan kebingungan dan tanda tanya besar di benak Dede dan anggota DPR lainnya.
Reaksi Masyarakat
Kabar tentang gaya hidup Kades Kohod yang mewah langsung memicu reaksi beragam dari masyarakat. Banyak warga yang merasa heran dan mulai mempertanyakan dari mana sumber kekayaan Kades. “Kami ingin tahu dari mana uangnya. Tidak semua warga desa hidup sebaik itu,” ungkap seorang penduduk yang enggan disebutkan namanya.
Beberapa warga lainnya juga menunjukkan kekecewaan terhadap pemimpin mereka. “Kami memilih Kades untuk memperjuangkan kepentingan kami, bukan untuk hidup mewah,” keluh seorang tokoh masyarakat. Kekecewaan ini mencerminkan harapan masyarakat akan pemimpin yang transparan dan akuntabel.
Dugaan Praktik Tidak Etis
Dede Yusuf juga menyinggung kemungkinan adanya praktik tidak etis yang mungkin melibatkan Kades. “Bisa jadi ada permainan antara pengembang dan Kades yang menyebabkan situasi ini,” ungkapnya. Hal ini semakin memperkuat spekulasi di kalangan masyarakat bahwa kekayaan Kades bisa jadi berasal dari praktik yang tidak transparan.
Di tengah berbagai spekulasi, ada kekhawatiran di kalangan warga mengenai kolusi antara Kades dan pihak-pihak tertentu dalam pengelolaan aset desa. “Kami berharap ada penyelidikan yang jelas mengenai hal ini,” ujar seorang tokoh masyarakat yang khawatir akan masa depan desanya.
Tindakan Pemerintah
Menanggapi masalah ini, pemerintah daerah berjanji untuk melakukan investigasi terkait pengelolaan HGB dan kekayaan Kades. “Kami akan memeriksa semua dokumen dan izin yang ada untuk memastikan tidak ada pelanggaran yang terjadi,” kata perwakilan dari Pemkab Tangerang. Tindakan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat mengenai pengelolaan keuangan desa.
Dede Yusuf juga meminta agar pemerintah daerah lebih ketat dalam pengawasan pengelolaan keuangan desa. “Kami tidak ingin ada lagi kasus-kasus serupa yang merusak kepercayaan publik,” ujarnya tegas.
Pentingnya Transparansi
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya transparansi dalam pemerintahan desa. Masyarakat berhak mengetahui bagaimana dana desa dikelola dan digunakan. “Jika ada yang tidak beres, harus ada sanksi tegas. Kami tidak ingin ada yang mengambil keuntungan dari posisi mereka,” tambah Dede.
Transparansi dalam pengelolaan keuangan akan membantu membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. “Kami berharap pemerintah bisa lebih terbuka dalam hal pengelolaan keuangan desa. Masyarakat perlu dilibatkan dalam pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang,” ungkap seorang aktivis yang peduli terhadap isu pemerintahan.
Implikasi Kebijakan
Kejadian ini juga berimplikasi pada kebijakan yang ada. Dede Yusuf menyatakan bahwa perlu ada regulasi yang lebih ketat terkait pengelolaan aset desa dan transparansi keuangan. “Kami akan mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih jelas dan tegas dalam pengelolaan keuangan desa,” ujarnya.
Regulasi yang lebih ketat diharapkan dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang di tingkat desa. “Kita tidak ingin ada lagi kasus-kasus serupa yang merusak kepercayaan publik,” tambahnya.
Kesimpulan
Kejadian di Desa Kohod ini menjadi pengingat pentingnya integritas dan transparansi dalam pemerintahan. Masyarakat berhak untuk mengetahui dan mempertanyakan setiap tindakan yang diambil oleh pejabat publik. Dengan meningkatnya kesadaran dan pengawasan dari masyarakat, diharapkan praktik-praktik tidak etis dalam pengelolaan keuangan desa bisa dicegah.
Kita semua perlu berperan aktif dalam menjaga agar pemerintahan berjalan dengan baik dan transparan, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah tetap terjaga. Kejadian ini menjadi titik awal untuk mendorong perubahan positif di tingkat desa dan Kabupaten Tangerang secara keseluruhan.