Peluncuran game Upin & Ipin Universe justru membuka krisis reputasi bagi Les Copaque Production dan mitra pengembangnya, Streamline Studios. Di media sosial, khususnya platform X, game ini dibanjiri kritik dari gamer Malaysia yang kecewa terhadap kualitas produk, strategi harga, serta perlakuan terhadap karyawan dan kreator konten.
Seruan boikot muncul dalam bentuk tagar #BoikotLesCopaque dan #BoikotStreamlineMedia, yang terus bergulir sejak akhir Juli 2025. Komunitas gamer menyuarakan ketidakpuasan terhadap game yang mereka anggap belum layak edar, tapi sudah dijual dengan harga tinggi.
Dengan harga rilis sekitar 170 ringgit atau setara Rp 650.000, banyak yang menilai game ini terlalu mahal. Apalagi targetnya adalah anak-anak dan keluarga. Dari sisi konten, gamer menganggap pengalaman bermain terasa dangkal dan minim variasi. Durasi permainan pendek, fiturnya terbatas, dan tidak memberikan sensasi eksplorasi sebagaimana yang diharapkan dari game open-world.
Permasalahan teknis juga menjadi sorotan utama. Sejumlah pengguna melaporkan bug yang cukup parah, seperti karakter yang tiba-tiba terjebak di objek, animasi patah-patah, atau bahkan game yang menutup sendiri tanpa peringatan. Penurunan performa visual seperti frame drop juga banyak disebut dalam ulasan di Steam, yang kini dipenuhi komentar bercampur antara kecewa dan frustrasi.
Namun persoalan tidak berhenti di soal performa game. Ketegangan semakin meningkat ketika muncul konflik antara pengembang dan kreator konten yang memainkan game ini. Kreator ternama seperti Windah Basudara dari Indonesia dan CupID15 diketahui mendapatkan klaim hak cipta atas konten mereka di YouTube yang menampilkan gameplay Upin & Ipin Universe. Padahal, game tersebut dibeli secara mandiri dan tidak diberikan secara cuma-cuma oleh pihak developer.
Les Copaque Production bahkan disebut telah menggunakan beberapa potongan dari video kreator konten tanpa izin untuk kebutuhan promosi mereka sendiri. Hal ini membuat banyak pengguna menilai bahwa perusahaan telah bertindak sepihak dan tidak menghargai kerja kreator, yang pada kenyataannya ikut membantu memperkenalkan game ini ke publik luas.
Selain itu, laporan yang beredar dari kanal komunitas gaming menyebut bahwa Streamline Studios memiliki rekam jejak yang bermasalah dalam manajemen karyawan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa gaji karyawan sering terlambat dibayarkan dan mantan pegawai yang terkena pemutusan kerja belum menerima kompensasi yang layak. Dugaan praktik kerja yang tidak adil ini memperkuat argumen boikot, bukan hanya dari sisi konsumen, tapi juga atas dasar solidaritas terhadap pekerja kreatif di industri.
Les Copaque akhirnya menanggapi situasi ini lewat video berjudul Soal Jawab: Upin & Ipin Universe yang diunggah ke kanal YouTube resmi mereka pada 25 Juli 2025. Dalam klarifikasi tersebut, mereka menyatakan bahwa klaim hak cipta yang menimpa kreator terjadi karena musik dalam game diambil dari serial animasi Upin & Ipin, yang memang dilindungi lisensi. Mereka menyarankan kreator untuk menonaktifkan musik saat bermain, agar video tidak terkena klaim otomatis di platform seperti YouTube.
Mereka juga mengatakan sedang bekerja sama dengan publisher untuk mencari solusi permanen agar konten kreator bisa tetap dimonetisasi. Les Copaque menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada kreator seperti Windah dan menjanjikan perbaikan dalam komunikasi ke depan.
Terkait penggunaan video kreator tanpa izin, mereka mengakui telah mengambil cuplikan gameplay untuk promosi. Menurut mereka, tindakan itu dimaksudkan sebagai bentuk apresiasi dan tidak dilakukan dengan niat buruk. Mereka juga menegaskan bahwa harga game mencerminkan besarnya sumber daya yang digunakan selama proses produksi. Ke depan, mereka berjanji akan menambah konten dan terus memperbaiki bug demi meningkatkan kualitas gameplay.
Mengenai tuduhan soal keterlambatan gaji dan hak karyawan, Les Copaque membantahnya. Mereka menyatakan bahwa seluruh hak telah dibayarkan sebelum peluncuran game. Tanpa itu, menurut mereka, proyek ini tidak mungkin bisa dirilis secara resmi ke publik.
Meski klarifikasi sudah disampaikan, banyak gamer tetap tidak puas. Di media sosial, kekecewaan tetap mengalir deras. Boikot tidak hanya soal performa teknis atau harga, tapi juga menyangkut prinsip etika dan penghargaan terhadap para pendukung industri, baik dari dalam maupun luar. Saat ini, reputasi game Upin & Ipin Universe berada di ujung tanduk, dan masa depannya bergantung pada apakah pengembang mampu mengembalikan kepercayaan publik atau justru semakin terpuruk oleh krisis yang mereka ciptakan sendiri.
