banner 728x250
Berita  

Kekerasan Dalam Hubungan: Cerita Tragis di Depok

banner 120x600
banner 468x60

Awal Mula Hubungan yang Buruk

Kota Depok kembali dikejutkan dengan sebuah kasus penganiayaan yang melibatkan sepasang kekasih. Pria berusia 25 tahun bernama Abraham ditangkap setelah menganiaya pacarnya, IN, akibat penolakan ajakan untuk melakukan tindakan penipuan online, yang biasa dikenal dengan istilah “love scamming.” Hubungan mereka dimulai pada Agustus 2024, namun tak lama kemudian menjadi mimpi buruk yang dialami oleh IN.

Keduanya tinggal bersama di sebuah kos di Cimanggis, Depok. Abraham, dengan sifat manipulatifnya, berusaha mendorong IN untuk terlibat dalam tindak pidana. “Saya tidak tahu bahwa hubungan ini akan berubah menjadi seperti ini,” ungkap IN, merasakan tekanan yang mulai mempengaruhi kehidupannya.

banner 325x300

Selama tinggal bersama, Abraham tidak hanya mencoba memanfaatkan IN untuk kejahatan, tetapi juga menanamkan rasa takut dan ketidakpastian di dalam diri perempuan itu. “Saya merasa terjepit, dan lebih sulit untuk berbicara atau menolak segala permintaan yang dia buat,” jelas IN.

Permintaan untuk Terlibat dalam Penipuan

Salah satu permintaan pertama Abraham adalah untuk melibatkan IN dalam skema penipuan. Dia meminta pacarnya untuk berpura-pura menjadi perempuan di aplikasi kencan demi menarik perhatian pria lain. “Dia bilang itu hanya cara untuk mendapatkan uang, dan saya merasa terpaksa untuk menurutinya,” jelas IN.

Menurut pengakuan Polres Metro Jaya, modus ini mencakup beberapa skenario di mana IN diajak berkencan dengan calon korban. Abraham menargetkan pria-pria yang terlihat rentan untuk ditipu. “Setiap kali kami berhasil, Abraham selalu mengambil uang tunai dari ATM yang diketahui PIN-nya,” imbuhnya, mengenang kejadian-kejadian yang menyakitkan.

Skema-skema yang dilakukannya tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga membuat IN semakin merasa tidak nyaman. Dia menghimbau, “Saya ingin keluar dari situasi ini, tetapi setiap kali saya mencoba, Abraham mengancam akan menyakiti saya.”

Kekerasan yang Tercipta dari Penolakan

Pada bulan September 2025, IN akhirnya memberanikan diri untuk menolak ajakan Abraham untuk melakukan penipuan. Keberanian ini justru membawa konsekuensi yang sangat berat. Abraham menunjukkan sikap marah dan frustasi yang nyata.

“Dia mulai memukul, menendang, dan melakukan kekerasan verbal,” kata IN, menggambarkan momen kelam itu. “Saya sangat ketakutan, tetapi saya tidak tahu harus berbuat apa.” Penganiayaan berlangsung dalam suasana penuh ancaman, dan IN merasa terjebak dalam siklus kekerasan yang tak kunjung usai.

“Setiap kali saya berusaha melawan atau berbicara, dia mengancam akan menyebarkan foto-foto pribadi saya,” ungkapnya dengan nada penuh ketidakberdayaan. Ini adalah bentuk kekerasan yang tidak hanya fisik tetapi juga emosional, yang dampaknya sangat merugikan bagi IN.

Dampak Psikologis dari Kekerasan

Dampak dari pengalaman pahit ini sangat mendalam. IN berjuang dengan rasa cemas dan ketakutan yang tak kunjung hilang. “Saya merasa seolah-olah tidak ada tempat yang aman untuk saya. Setiap kali melihat pria, saya teringat pada semua penganiayaan yang saya alami,” ujarnya dengan berlinang air mata.

“Penolakan saya terhadap tindakan kriminal hanya membawa lebih banyak kekerasan. Dalam benak saya, apakah semua hubungan hanya akan terjadi seperti ini?” tanya IN, seolah mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri. Permasalahan ini memperlihatkan betapa seriusnya dampak psikologis dari kekerasan dalam hubungan.

Kondisi emosional IN semakin memburuk, dan ia merasakan perlunya untuk berbicara dan meminta bantuan. “Saya tidak bisa lagi mengabaikan apa yang terjadi. Saya ketakutan dan merasa sendirian,” ungkapnya, yang kemudian mendorongnya untuk melaporkan kejadian ke pihak berwajib.

Pelaporan dan Tindakan Hukum

Menyusul keberaniannya, IN akhirnya melaporkan Abraham ke Polsek Cimanggis. “Saya tidak bisa lagi menjadi korban. Saatnya untuk melindungi diri,” tegasnya. Pihak kepolisian segera merespons dengan serius, melakukan penyelidikan atas laporan tersebut.

“Setelah dilakukan pemeriksaan, kami menemukan bahwa bukan hanya IN yang menjadi korban. Masih ada korban lain, yaitu CYL, yang juga mengalami kekerasan serupa,” ungkap petugas kepolisian. Hal ini menunjukkan bahwa Abraham memiliki pola kekerasan yang mirip terhadap perempuan lain sebelum IN.

Akibat tindakan kejamnya, Abraham dijerat dengan Pasal 351 ayat 1 KUHP tentang penganiayaan. Ancaman hukum yang menantinya adalah penjara selama dua tahun delapan bulan. “Saya berharap hukuman ini bisa memberikan efek jera bagi pelaku kekerasan lainnya,” ujar IN.

Upaya Mengedukasi Masyarakat

Kisah tragis ini menjadi pelajaran bagi banyak orang tentang bahaya dalam hubungan yang tidak sehat. Ada kebutuhan mendesak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai tanda-tanda pemanfaatan dan kekerasan dalam hubungan. “Pendidikan harus dimulai sejak dini dalam keluarga dan institusi pendidikan,” ujar seorang aktivis sosial.

Masyarakat juga diharapkan bisa lebih peka terhadap isu-isu kekerasan. “Kami harus saling mendukung dalam setiap keadaan, terutama saat melihat satu sama lain mengalami kekerasan,” tegasnya.

IN pun berharap bahwa ceritanya dapat membantu perempuan lain untuk lebih berani berbicara dan melindungi diri mereka. “Tidak ada yang berhak untuk menyakiti kita. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika Anda merasa terjebak,” kata IN, mendorong keberanian bagi yang lainnya.

Membangun Kesadaran Sosial

Kisah Abraham dan IN menciptakan kesadaran baru mengenai kekerasan dalam hubungan. Di zaman sekarang, di mana informasi dapat diakses dengan mudah, sangat penting untuk mengedukasi diri dan orang lain. “Kita harus meningkatkan diskusi tentang kekerasan dan mendukung individu di sekitar kita,” lanjut aktivis tersebut.

Dari setiap kasus yang terjadi, kita bisa belajar dan menciptakan jalan keluar yang lebih baik. Kesadaran dan pemahaman akan kekerasan dalam hubungan harus menjadi prioritas. “Mari kita bersatu dalam melawan kekerasan, selalu dukung satu sama lain dalam cinta yang sehat,” ujarnya.

Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Meskipun menghadapi pengalaman traumatis, IN berusaha untuk terus maju. “Saya ingin meninggalkan masa lalu dan terus melangkah untuk masa depan yang lebih baik. Ada harapan walau kini saya harus melakukannya sendiri,” ungkap IN dengan penuh tekad.

Penting bagi individu yang mengalami kekerasan untuk mendapatkan dukungan yang tepat. “Kita tidak bisa membiarkan diri kita terpuruk karena tindakan orang lain. Kita harus bangkit dan berjuang untuk hidup yang lebih baik,” kata IN, menjadi simbol harapan bagi banyak orang.

Setiap individu memiliki hak untuk mencintai dan dicintai tanpa kekerasan. Dapatkan dukungan jika Anda merasa terancam, dan ingat bahwa Anda tidak sendiri dalam perjuangan ini. “Perjuangan ini adalah perjuangan kita bersama,” tutup IN, mengajak semua orang untuk peduli dan beraksi demi masa depan yang bebas dari kekerasan.

banner 325x300