Awal Munculnya Trailer
Pada 8 Agustus 2025, trailer resmi Merah Putih One For All dirilis di beberapa kanal media daring dan media sosial. Video berdurasi sekitar dua menit ini menampilkan potongan adegan perkenalan karakter, sedikit gambaran konflik, dan beberapa adegan aksi yang memperlihatkan perjalanan Tim Merah Putih. Dalam hitungan jam, cuplikan itu sudah ramai dibagikan di Twitter, Instagram, dan TikTok.
Gelombang Komentar Pertama
Di hari yang sama, komentar mulai membanjiri kolom diskusi. Sebagian penonton memberi semangat karena film animasi lokal jarang mengangkat tema nasionalisme secara langsung. Namun lebih banyak yang mengkritik kualitas visual yang dianggap kaku, desain karakter yang tidak proporsional, serta transisi animasi yang dinilai belum layak untuk tayang layar lebar.
Sorotan Media dan Influencer
Tanggal 9 Agustus, pembahasan film ini mulai masuk ke akun-akun media hiburan dan kreator konten. Beberapa influencer perfilman menyoroti bahwa film ini memiliki potensi cerita yang kuat, tetapi secara teknis kurang matang. Ada pula yang mulai membandingkan kualitasnya dengan animasi lokal lain seperti Jumbo, yang dinilai lebih unggul meski dengan anggaran lebih kecil.
Munculnya Isu Penggunaan Aset Template
Masih di tanggal yang sama, beberapa warganet mengunggah tangkapan layar yang menunjukkan kemiripan karakter film dengan aset model animasi yang dijual di platform pihak ketiga. Isu ini memancing perdebatan sengit di forum kreator digital. Sebagian menilai penggunaan aset adalah hal wajar untuk efisiensi, namun sebagian lain menganggapnya sebagai pengurangan nilai orisinalitas, apalagi jika anggaran produksi tergolong besar.
Data Anggaran Mulai Terkuak
Pada 10 Agustus, angka biaya produksi yang mencapai sekitar 6,7 miliar rupiah mulai beredar luas. Informasi ini memicu gelombang kritik baru karena publik menilai hasil akhir yang terlihat di trailer tidak mencerminkan pengeluaran sebesar itu. Kata kunci seperti “6,7 miliar” dan “animasi nasional” menjadi trending di beberapa platform media sosial.
Respons Produser
Tak lama setelah isu memanas, produser Toto Soegriwo memposting tanggapan di media sosial pribadinya. Ia menyatakan bahwa komentar pedas adalah bagian dari dinamika dan meminta masyarakat untuk menonton terlebih dahulu sebelum menilai. Pernyataan ini memicu reaksi campuran, ada yang memuji sikap terbukanya, ada juga yang menilai tanggapannya terlalu santai untuk kritik sebesar ini.
Dampak pada Antusiasme Penonton
Meskipun banyak kritik beredar, justru jumlah orang yang penasaran untuk menonton film ini meningkat. Sebagian ingin menilai sendiri apakah kualitas film seburuk yang dibicarakan, sementara yang lain menonton demi mendukung karya animasi Indonesia. Fenomena ini membuat film ini tetap berada di radar publik menjelang tanggal rilis.
