banner 728x250

Kalau Dokter Saja Bisa Diganti AI, Profesi Apa yang Masih Aman?

Apakah AI akan mengantikan Pekerjaan Manusia?
banner 120x600
banner 468x60

Apa jadinya kalau profesi yang butuh kuliah 6 tahun, koas 2 tahun, dan spesialis 5 tahun… ternyata masih bisa dikalahkan oleh sebuah sistem kecerdasan buatan?

Jawabannya sudah mulai terlihat.

banner 325x300

Microsoft baru saja meluncurkan sistem AI Diagnostic Orchestrator, teknologi medis mutakhir yang bisa mendiagnosis penyakit lebih baik dari dokter manusia. Dalam uji coba terhadap 304 kasus dunia nyata dari New England Journal of Medicine, AI ini berhasil mencapai akurasi 85,5 persen. Bandingkan dengan dokter manusia yang hanya 20 persen dalam skenario terbatas. Dan ini bukan dokter abal-abal. Ini dokter dengan pengalaman bertahun-tahun.

Dengan kata lain, sistem ini tidak hanya membantu dokter. Ia mengungguli mereka.

Dikembangkan oleh tim yang dipimpin Mustafa Suleyman, pendiri DeepMind, sistem ini bekerja seperti sekelompok dokter virtual. Lima agen AI berdiskusi satu sama lain, saling mengoreksi, mengajukan pertanyaan lanjutan, merekomendasikan tes lanjutan, dan menyimpulkan diagnosis akhir. Mirip seperti rapat klinis — hanya saja, tanpa manusia di dalamnya.

Microsoft bilang ini cuma “alat bantu”. Tapi mari realistis. Dunia usaha dan institusi kesehatan tidak mencari alat bantu. Mereka cari efisiensi. Dan kalau ada satu sistem yang bisa menggantikan lima dokter dengan biaya jauh lebih rendah dan akurasi lebih tinggi, siapa yang akan bilang tidak?

Bill Gates sudah bilang dari dulu, AI akan membuat kecerdasan jadi murah. Dokter hebat itu langka. Tapi kalau AI bisa meniru kemampuan mereka dan membuatnya bisa diakses siapa saja, kapan saja, maka keahlian itu sudah bukan aset langka lagi. Sudah bukan nilai jual lagi.

Dan sekarang kita masuk ke pertanyaan yang lebih menyeramkan:

Kalau profesi seperti dokter, yang dianggap puncak dari kerja intelektual dan pendidikan formal, bisa dikalahkan oleh AI, profesi mana yang aman?

Guru? AI sudah bisa menjelaskan lebih sabar dan personal.
Penulis? AI sudah bisa bikin artikel, skrip, bahkan puisi.
Pengacara? AI sudah bisa menyusun argumen legal dan menganalisis ribuan dokumen dalam hitungan detik.
Analis keuangan? AI tidak hanya membaca data, tapi juga menemukan pola yang mata manusia tak bisa lihat.

Hari ini, diagnosis medis. Besok, keputusan hukum. Lusa, strategi bisnis. Lalu?

Apa yang tersisa untuk manusia?

Teknologi tidak butuh waktu lama untuk berubah dari alat bantu menjadi pengganti. Kamera digital pernah jadi “asisten fotografer”. Sekarang berapa banyak studio foto yang tutup? Chatbot dulu cuma bantu layanan pelanggan. Sekarang sudah menangani 80 persen interaksi pelanggan tanpa manusia.

AI bukan sekadar alat. Ia adalah pemain baru di dunia kerja. Ia tidak tidur. Tidak minta gaji. Tidak mogok kerja. Tidak baper. Dan ia belajar setiap hari.

Pertanyaannya bukan lagi kapan AI akan menggantikan pekerjaan kita. Tapi berapa lama lagi kita bisa bertahan?

banner 325x300