Boneka Babi dan Peluru: Kematian Valeria Marquez yang Ditonton Dunia

Valeria Marquez dan Kematian yang Disiarkan Langsung

Oleh: PixelScribe
Jalisco, Meksiko — 13 Mei 2025


Dia memegang boneka babi kecil berwarna pink.
Tersenyum. Rambut pirangnya disibakkan ke belakang telinga.
“Lucu, kan?” katanya ke layar.

Detik berikutnya, kamera itu merekam pembunuhnya masuk.


Blossom The Beauty Lounge sore itu sepi. Salon mungil milik Valeria Marquez biasanya ramai menjelang malam, terutama sejak ia jadi nama terkenal di TikTok karena konten-konten makeup dan self-care. Hari itu berbeda.

Ia sedang live.

Paket datang. Seekor boneka babi yang lucu. Ia bahagia. Penonton di live-nya merespons dengan emoji hati dan komentar: “Awww so cute!” “You’re glowing!” “Who gave you that?”

Lalu pintu berbunyi.
Langkah kaki.
“Are you Valeria?”

Ia mematikan mikrofonnya. Tapi kamera tetap menyala.


Suara Letusan, Kemudian Sunyi

Satu tembakan terdengar. Lalu dua.
Valeria terdiam. Perlahan tubuhnya roboh ke depan. Tangannya masih menggenggam boneka. Darah mulai membasahi meja kerja berlapis marmer putih.

Sementara itu, layar di ponselnya masih menyala. Live masih berjalan. Ratusan — bahkan ribuan — mata menonton. Ada yang menangis. Ada yang menyangka itu prank. Ada pula yang… merekam ulang dan mengunggah ulang.

Dunia digital tidak berhenti, bahkan ketika jantung seseorang tak lagi berdetak.


Valeria: Si Cantik yang Tak Pernah Minta Terkenal

Usianya baru 23 tahun. Dilahirkan di Zapopan, wilayah pinggiran Guadalajara yang dikenal karena kontras: kaya dan kumuh, industri dan spiritual, seni dan kekerasan.

Valeria bukan anak pesohor. Bukan anak cartel. Ia membangun kariernya dari nol — menjual tips kecantikan, mereview lipstik, hingga membuat live Q&A bertema “curhat perempuan.”
Justru di salah satu live-nya, ia pernah bilang:

“Teman… aku merasa ada yang mengikuti. Ada yang kirim hadiah mahal lewat Erika. Aku takut… mereka mungkin akan membunuhku.”

Tak banyak yang percaya. Atau mungkin tak ingin percaya.


Femicide yang Disiarkan

Polisi datang 15 menit setelah laporan 911 diterima. Valeria masih di kursinya. Mati dengan mata terbuka, menatap kosong ke layar yang merekam kematiannya.

Pelaku kabur naik motor. Masih belum tertangkap. Belum ada identitas resmi diumumkan.

Kejaksaan Jalisco menyatakan kasus ini diselidiki sebagai femisida — istilah hukum untuk pembunuhan perempuan karena gender. Sering kali, ini berarti pelaku merasa berhak atas tubuh korban. Atau ingin “mengontrol” hidup mereka.

Data resmi menunjukkan 847 kasus femisida di Meksiko tahun lalu. Dan 162 kasus baru hanya dalam tiga bulan pertama 2025. Itu berarti… satu nyawa perempuan hilang karena gender hampir setiap hari.

Valeria bukan korban pertama. Tapi entah mengapa, kematiannya terasa lebih menusuk. Karena kita melihatnya. Kita menontonnya. Dan kita tak bisa menghentikannya.


Apa yang Tersisa di Salon Itu

Setangkai bunga diletakkan penggemar di bawah kaca depan salon Blossom. Boneka babi pink itu sekarang berada di tangan petugas forensik — dibungkus plastik, berlabel barang bukti.

Livestream-nya tak bisa ditemukan lagi di TikTok. Tapi potongan klipnya tersebar. Banyak yang mengunggah ulang. Sebagian sensor. Sebagian… tidak.

Mereka menyebutnya “content realita.”
Tapi ini bukan film. Ini bukan thriller. Ini bukan gimik.

Ini pembunuhan.


Akhirnya, Kita Bertanya: Siapa yang Bersalah?

Apakah pelaku tunggal itu satu-satunya monster dalam cerita ini?

Bagaimana dengan sistem hukum yang lamban?
Atau masyarakat yang justru menyalin dan menyebarkan kematiannya demi views?
Atau platform seperti TikTok, yang memberi panggung tapi tanpa perlindungan?

Di balik kematian Valeria ada jaringan tak kasatmata — dari algoritma, pengabaian, hingga misogini — yang membuat peristiwa ini mungkin terjadi.


Valeria Marquez Telah Mati. Tapi Kita Masih Menonton.

Dan selama kita hanya menonton — bukan bertindak, bukan menuntut keadilan, bukan membongkar sistem yang membiarkan ini terus terjadi — maka akan selalu ada Valeria-Valeria berikutnya.

Dengan boneka.
Dengan senyum.
Dengan kamera yang terus menyala.

Sampai peluru berikutnya datang.

Exit mobile version