Kampung Aceh menjadi sorotan setelah pihak Polda Kepri melakukan penggerebekan besar-besaran pada Kamis, 7 November 2024. Dalam operasi ini, sebanyak 92 orang yang tinggal di rumah kos setempat diperiksa, dan hasilnya mencengangkan: 88 orang dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis sabu, termasuk 22 di antaranya adalah perempuan.
Penggerebekan ini dipimpin oleh AKBP Anggoro Wicaksono, Direktur Reserse Narkoba Polda Kepri, dan melibatkan kerjasama dengan TNI, Satpol PP, serta pemerintah daerah. “Kami melakukan penggerebekan ini berdasarkan informasi yang kami terima mengenai aktivitas penyalahgunaan narkoba di daerah ini,” ungkap Anggoro.
Dalam penggerebekan tersebut, tim gabungan tidak segan-segan membongkar pintu-pintu kamar kos yang terkunci untuk memastikan seluruh penghuni diperiksa. “Kami harus memastikan bahwa tidak ada pengguna atau pengedar narkoba yang lolos dalam operasi ini,” tambahnya.
Setelah dilakukan tes urine, tim menemukan bahwa mayoritas penghuni kos adalah pengguna aktif narkoba. Mereka yang hasil tes urinenya positif kemudian dipisahkan dan dibawa ke Mapolda Kepri untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Kami akan mendalami lebih lanjut mengenai latar belakang mereka dan bagaimana mereka bisa terlibat dalam penyalahgunaan narkoba,” jelasnya.
Bagi mereka yang dinyatakan negatif, pihak kepolisian memberikan imbauan untuk tidak terlibat lagi dalam penggunaan narkoba dan dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, bagi yang positif, proses hukum akan dilanjutkan sebagai langkah tegas untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba di wilayah Batam.
Kampung Aceh dikenal sebagai daerah dengan tingkat penyalahgunaan narkoba yang cukup tinggi, dan operasi ini diharapkan dapat menurunkan angka tersebut. “Kami berkomitmen untuk terus melakukan operasi serupa demi menciptakan lingkungan yang lebih aman dari narkoba,” kata Anggoro.
Penggerebekan ini juga mendapatkan respons positif dari masyarakat. Banyak yang mengapresiasi langkah tegas yang diambil oleh pihak kepolisian. “Kami sangat mendukung tindakan ini, semoga bisa memberikan efek jera bagi para pengguna dan pengedar narkoba,” ujar seorang warga setempat.
Namun, tantangan masih ada. Masyarakat diimbau untuk lebih proaktif dalam melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungan mereka. “Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam memberantas narkoba. Kami tidak bisa bekerja sendiri,” tegas Anggoro.
Dalam beberapa tahun terakhir, peredaran narkoba di Indonesia semakin meningkat, dan Batam tidak luput dari masalah ini. Dengan adanya penggerebekan ini, diharapkan akan ada langkah-langkah konkret untuk memerangi narkoba dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.
Edukasi tentang narkoba juga perlu ditingkatkan, terutama di kalangan generasi muda. “Kami ingin generasi muda memahami bahaya dari narkoba dan menjauhi barang haram ini,” pungkas Anggoro.
Penggerebekan ini adalah langkah awal yang baik, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa Batam benar-benar bebas dari narkoba. Dengan kerjasama antara pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat, diharapkan permasalahan ini dapat diatasi dengan lebih efektif.